Zaman Kerajaan Sriwijaya.
Semenjak ditemukannya perasasti kedukan bukit oleh warga setempat dan diserahkan kepada seorang Controleur Belanda yang bernama M.Baternburg ditepi sungai kedukan bukit didekat lereng bukit siguntang pada tanggal 29 November 1920, berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno yang diterjemahkan oleh seorang ahli arkeolog berkebangsaan Francis bernama Prof.. George Coedes, Palembang merupakan kota tertua di Indonesia. Dari hasil penterjemahan prasasti tersebut diperkirakan palembang merupakan pusat kerajaan pada zaman kerajaan Sriwijaya dimana isi dari sebagian prasasti kedukan bukit tersebut menjelaskan bahwa pada tanggal 16 Juni tahun 682 Masehi ( tanggal 5 bulan ashada tahun 604 Saka ) telah dibentuk sebuah Wanua oleh seorang yang bernama Dapunta Hyang di Muka Upang yang diartikan bagian dari kota Palembang. Jadi tanggal tersebut merupakan patokan dari terbentuknya kota Palembang dengan kata lain Hari jadi kota Palembang. Dan bila ingin melihat naskah asli tentang kerajaan Sriwijaya silahkan lihat disini
Isi dari Prasasti Kedukan Bukit :
(Catatan: /v/ dalam bahasa Melayu modern menjadi /b/).
Terjemahan :
Kota Palembang juga dipercayai oleh masyarakat melayu sebagai tanah leluhurnya. Karena di kota inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu pertama yaitu Parameswara yang turun dari Bukit Siguntang. Kemudian Parameswa meninggalkan Palembang bersama Sang Nila Utama pergi ke Tumasik dan diberinyalah nama Singapura kepada Tumasik. Sewaktu pasukan Majapahit dari Jawa akan menyerang Singapura, Parameswara bersama pengikutnya pindah ke Malaka disemenanjung Malaysia dan mendirikan Kerajaan Malaka. Beberapa keturunannya juga membuka negeri baru di daerah Pattani dan Narathiwat (sekarang wilayah Thailand bagian selatan). Setelah terjadinya kontak dengan para pedagang dan orang-orang Gujarat dan Persia di Malaka, maka Parameswara masuk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah.
Berbicara mengenai asal usul kota Palembang, memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan kerajaan Sriwijaya, yang pernah menjadikan kota Palembang sebagai ibukotanya. Kejayaan Sriwijaya seolah-olah diturunkan kepada Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara. Palembang pernah berfungsi sebagai pusat kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 (tahun 683 Masehi) hingga sekitar abad ke-12 di bawah Wangsa Sailendra/Turunan Dapunta Salendra dengan Bala Putra Dewa sebagai Raja Pertama. Pada abad ke-17 kota Palembang menjadi ibukota Kesultanan Palembang Darussalam yang diproklamirkan oleh Pangeran Ratu Kimas Hindi Sri Susuhanan Abdurrahman Candiwalang Khalifatul Mukminin Sayidul Iman (atau lebih dikenal Kimas Hindi/Kimas Cinde) sebagai sultan pertama (1643-1651), terlepas dari pengaruh kerajaan Mataram (Jawa). Tanggal 7 Oktober 1823 Kesultanan Palembang dihapuskan oleh penjajah Belanda dan kota Palembang dijadikan Komisariat di bawah Pemerintahan Hindia Belanda (kontrak terhitung 18 Agustus 1823), dengan Commisaris Sevenhoven sebagai pejabat Pemerintah Belanda pertama. Kemudian kota Palembang dijadikan Gameente/haminte berdasarkan stbld. No. 126 tahun 1906 tanggal 1 April 1906 hingga masuknya Jepang tanggal 16 Februari 1942. Palembang Syi yang dipimpin Syi-co (Walikota) berlangsung dari tahun 1942 hingga kemerdekaan RI. Berdasarkan keputusan Gubernur Kdh. Tk. I Sumatera Selatan No. 103 tahun 1945, Palembang dijadikan Kota Kelas A. Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 948, Palembang dijadikan Kota Besar. Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 1965, Palembang dijadikan Kotamadya. Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tanggal 23 Juli 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Palembang dijadikan Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang.
Sumber : http://infokito.wordpress.com/2007/07/15/mengenal-kota-palembang/
Semenjak ditemukannya perasasti kedukan bukit oleh warga setempat dan diserahkan kepada seorang Controleur Belanda yang bernama M.Baternburg ditepi sungai kedukan bukit didekat lereng bukit siguntang pada tanggal 29 November 1920, berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno yang diterjemahkan oleh seorang ahli arkeolog berkebangsaan Francis bernama Prof.. George Coedes, Palembang merupakan kota tertua di Indonesia. Dari hasil penterjemahan prasasti tersebut diperkirakan palembang merupakan pusat kerajaan pada zaman kerajaan Sriwijaya dimana isi dari sebagian prasasti kedukan bukit tersebut menjelaskan bahwa pada tanggal 16 Juni tahun 682 Masehi ( tanggal 5 bulan ashada tahun 604 Saka ) telah dibentuk sebuah Wanua oleh seorang yang bernama Dapunta Hyang di Muka Upang yang diartikan bagian dari kota Palembang. Jadi tanggal tersebut merupakan patokan dari terbentuknya kota Palembang dengan kata lain Hari jadi kota Palembang. Dan bila ingin melihat naskah asli tentang kerajaan Sriwijaya silahkan lihat disini
Isi dari Prasasti Kedukan Bukit :
o1. svasti śrī śakavaŕşātīta 605 (604 ?) ekādaśī śu
02. dapunta hiyaklapakşa vulan vaiśākha d<m> nāyik di
03. sāmvau mangalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa
04. dapunta hiyavulan jyeşţha d<m> maŕlapas dari minānga
05. vala dualakşa dangan ko-tāmvan mamāva yam
06. duaratus cāra di sāmvau dangan jālan sarivu
07. di mata japtlurātus sapulu dua vañakña dātam
08. sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vula….
09. marvuat vanua …..laghu mudita dātam
10. śrīvijaya jaya siddhayātra subhikşa .....
Terjemahan :
01. Selamat ! Tahun Śaka telah lewat 604, pada hari ke sebelasSumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Kedukan_Bukit
02. paro-terang bulan Waiśakha Dapunta Hiyaŋ naik di
03. perahu "mengambil siddhayātra". Pada hari ke tujuh paro-terang
04. bulan Jyestha Dapunta Hiyang bertolak dari Minanga
05. sambil membawa 20.000 tentera dengan perbekalan
06. sebanyak dua ratus (peti) berjalan dengan perahu dan yang berjalan kaki sebanyak seribu
07. tiga ratus dua belas datang di Mukha Upaŋ
08. dengan sukacita. Pada hari ke lima paro-terang bulan .........
09. dengan cepat dan penuh kegembiraan datang membuat wanua (....)
10. Śrīwijaya menang, perjalanan berhasil dan menjadi makmur senantiasa
Kota Palembang juga dipercayai oleh masyarakat melayu sebagai tanah leluhurnya. Karena di kota inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu pertama yaitu Parameswara yang turun dari Bukit Siguntang. Kemudian Parameswa meninggalkan Palembang bersama Sang Nila Utama pergi ke Tumasik dan diberinyalah nama Singapura kepada Tumasik. Sewaktu pasukan Majapahit dari Jawa akan menyerang Singapura, Parameswara bersama pengikutnya pindah ke Malaka disemenanjung Malaysia dan mendirikan Kerajaan Malaka. Beberapa keturunannya juga membuka negeri baru di daerah Pattani dan Narathiwat (sekarang wilayah Thailand bagian selatan). Setelah terjadinya kontak dengan para pedagang dan orang-orang Gujarat dan Persia di Malaka, maka Parameswara masuk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah.
Berbicara mengenai asal usul kota Palembang, memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan kerajaan Sriwijaya, yang pernah menjadikan kota Palembang sebagai ibukotanya. Kejayaan Sriwijaya seolah-olah diturunkan kepada Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara. Palembang pernah berfungsi sebagai pusat kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 (tahun 683 Masehi) hingga sekitar abad ke-12 di bawah Wangsa Sailendra/Turunan Dapunta Salendra dengan Bala Putra Dewa sebagai Raja Pertama. Pada abad ke-17 kota Palembang menjadi ibukota Kesultanan Palembang Darussalam yang diproklamirkan oleh Pangeran Ratu Kimas Hindi Sri Susuhanan Abdurrahman Candiwalang Khalifatul Mukminin Sayidul Iman (atau lebih dikenal Kimas Hindi/Kimas Cinde) sebagai sultan pertama (1643-1651), terlepas dari pengaruh kerajaan Mataram (Jawa). Tanggal 7 Oktober 1823 Kesultanan Palembang dihapuskan oleh penjajah Belanda dan kota Palembang dijadikan Komisariat di bawah Pemerintahan Hindia Belanda (kontrak terhitung 18 Agustus 1823), dengan Commisaris Sevenhoven sebagai pejabat Pemerintah Belanda pertama. Kemudian kota Palembang dijadikan Gameente/haminte berdasarkan stbld. No. 126 tahun 1906 tanggal 1 April 1906 hingga masuknya Jepang tanggal 16 Februari 1942. Palembang Syi yang dipimpin Syi-co (Walikota) berlangsung dari tahun 1942 hingga kemerdekaan RI. Berdasarkan keputusan Gubernur Kdh. Tk. I Sumatera Selatan No. 103 tahun 1945, Palembang dijadikan Kota Kelas A. Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 948, Palembang dijadikan Kota Besar. Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 1965, Palembang dijadikan Kotamadya. Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tanggal 23 Juli 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Palembang dijadikan Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang.
Sumber : http://infokito.wordpress.com/2007/07/15/mengenal-kota-palembang/
No comments:
Post a Comment